Jumat, 07 Maret 2014

DI MANA ALLAH

DI MANA ALLAH?
Bismillah, walhamdulilllah ‘ala kulli ni’mah, amma ba’d.
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Allah yang menciptakan kita,wajib bagi kita untuk mengetahui keberadaannya,sehingga kita dapat meghadap kepadanya dengan hati, do’a dan sholat kita.orang yang tidak tahu di mana tuhannya akan tersesat,tidak tahu ia menghadap kepada sesembahannya, dan tidak dapat melaksanakan ibadah(penghambaan) kepada Nya dengan sebenar-benarnya.Sifat maha tinggi yang di miliki Allah atas makhluknya tidak berbeda dengan sifat-sifat Allah yang lain sebagaimana yang disebut dalam Al Quran dan As Sunnah seperti: mendengar,melihat, berbicara, turun dan lain-lain.
Aqidah para ulama salaf yang sholeh dan golongan yang selamat”AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH” ialah mengimani apa yang di beritakan oleh Allah dan Rosul-Nya, dalam Al Qur’an dan Al Hadits, tanpa ta’wil(menggeser makna asli ke makna yang lain), ta’thil(meniadakan makna nya sama sekali), tasybih(menyerupakan Allah dengan makhluq Nya. Hal ini sebagaimana yang di sebutkan Allah dalam ayat(yang artinya):”tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang maha mendengar lagi maha melihat”(asy syura:11)
Sifat-sifat Allah ini, antara lain Mahatinggi dan bahwa Dia berada di atas Makhluq,adalah sesuai dengan keagungan Allah.Oleh karena itu iman kepada kepada sifat-sifat Allah tersebut WAJIB,sebagaimana juga iman kepada Dzat Allah.Imam Malik ketika ditanya  tentang firman Allah(yang artinya):”Allah yang maha pemurah berada di atas Arsy”(thaha:5)
Beliau menjawab: “istiwa itu sudah di pahami maknanya artinya (yaitu:bersemayam atau berada di atas). Tetapi bagaimana hal itu tidak di ketahui.Kita hanya wajib mengimani akan hal itu,dan mempertanyakanny adalah bid’ah.
Perhatikanlah jawaban Imam Malik tadi yang menetapkan bahwa iman kepada “istiwa” itu wajib diketahui oleh setiap muslim, yang berarti: bersemayam atau berada di atas. Tetapi bagaimana hal itu hanya  Allah yang mengetahui.Orang yang mengingkari sifat Allah yang telah ditetapkan dalam Al qur’an dan Hadits—antara lain sifat maha tinggi Allah mutlaq dan Allah di atas langit—maka orang itu berarti telah mengingkari ayat Al Qur’an dan Al Hadits yang menetapkan adanya sifat-sifat tersebut. Sifat-sifat tersebut meliputi sifat-sifat kesempurnaan, keluhuran, dan keagungan yang tidak boleh diingkari oleh siapa pun.
Usaha orang-orang yang datang belakangan untuk mena’wilkan ayat-ayat Al qur’an  yang berhubungan dengan sifat Allah, karena terpengaruh oleh FILSAFAT yang merusak aqidah umat islam, menyebabkan mereka menghilangkan sifat-sifat Allah yang sempurna dari Dzat-Nya.Mereka menyimpang dari jalan ulama salaf yan lebih selamat, lebih ilmiyah dan lebih kuat argumentasinya.
Alangkah indahnya pendapat yang mengatakan:
Segala kebaikan itu terdapat
Dalam mengikuti jejak ulama salaf
Dan segala keburukan itu terdapat
Dalam bid’ah yang datang kemudian
KESIMPULAN:
Beriman kepada seluruh sifat-sifat  Allah yang telah diterangkan Al Qur’an dan Hadits adalah wajib. Tidak boleh membedakan antara sifat  yang satu dengan sifat yang lain, sehingga hanya mau beriman kepada sifat yang satu dan ingkar kepada sifat yang lain. Orang yang percaya bahwa Allah itu maha mendengar dan maha melihat, dan percaya bahwa mendengar dan melihatnya Allah tidak sama dengan mendengar dan melihatnya makhluq,maka ia harus percaya bahwa Allah itu maha tinggi di atas langit sesuai dengan keagungan Allah dan tidak sama dengan tingginya makhluq, karena sifat maha tingginya itu adalah sifat yang sempurnanya bagi Allah. Hal itu telah di tetapkan sendiri oleh Allah dalam kitabnya dan sabda Rosullullah S.A.W . Fitrah serta cara berfikir yang sehat  juga medukung kenyataan tersebut.

.Allah ada di atas ARSY.
Al-Qur’an, hadits sohih , naluri dan cara berfikir yang sehat telah mendukung kenyataan bahwa Allah berada di atas Arsy.
1.       Firman  Allah(yang artinya):”Allah yang maha pemurah brsemayam di atas Arasy”(Thaha:5).  Pengertian ini sebaimana yang diriwayatkan Bukhori dari beberapa tabi’in.
2.       Firman Allah(yang artinya):”Apakah kamu merasa  aman terhadap Yang di langit? Bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kamu…”(Al mulk16). Menurut ibnu Abbas yang di maksud dengan  “yang di langit” adalah Allah, sebagaiman dituturkan dalam kitab Tafsir Ibnu Jauzi.
3.       Firman Allah(yang artinya):” Dan dialah Allah (Yang di Sembah) dilangit…(Al an’am). Ibnu katsir menomentari ayat ini sebagai berikut: para ahli tafsir sependapat bahwa kita tidak akan berkata seperti kaum JAHMIYYAH (golongan sesat) yang mengatakan bahwa Allah ada di setiap tempat. Maha suci Allah dari ucapan mereka.” Adapun firman Allah(yang artinya):”… dan Allah selalu bersamamu di mana kamu berada…”(Al hadid:4). Maksudnya bahwa Dia bersama kita: mengetahui, mendengar, dan melihat kita di manapun kita berada. Apa yang di sebutkan sebekum dan sesudah ayat ini menjelaskan hal tersebut, seperti dalam tafsir ibnu Katsir.
4.       Rosulullah mi’roj ke langit ketujuh dan difirmankan kepadanya oleh Allah  serta diwajibkan untuk melakukan sholat lima waktu. (riwayat bukhori, muslim).
5.       Rosulullah pernah menanyai seorang budak wanita:” di mana Allah? Jawabnya: “di langit. “ rosulullah bertanya lagi: “siapa saya?” dijawab lagi: “kamu adalah utusan Allah”. Maka rosulullah bersabda: “merdekankanlah dia karena dia mu’minah.” (hadits hasan riwayat Abu Dawud)
6.       Abu bakar Shiddiq berkata:” Barangsiapa menyembah Allah, maka Allah berada di atas langit, ia maha hidup dan tidak mati.”(Riwayat Imam Ad Darimi dalam alradd alal Jahmiyah)
7.       Abdullah ibnu Mubarok pernah ditanya: “bagaimana kita tahu Tuhan kita?” Maka beliau menjawab: “Tuhan kita berada di atas langit, di atas Arsy, berbeda dengan makhluknya, dan keadaan Nya di atas arsy tersebut tidak sama dengan makhluk.
8.       Cara berfikir yang sehat juga mendukung kenyataan bahwa Allah berada di  atas langit. Seandainya Allah berada di mana-mana , niscaya Rosulullah pernah menerangkan dan mengajarkan kepada para sahabatnya. Kalau Allah merada di segala tempat , berarti Allah juga berada di tempat-tempat yang najis dan kotor. Maha Suci Allah dari anggapan yang demikian.
9.       Pendapat yang mengatakan bahwa Allah berada di segala tempat, berarti bahwa dzat Allah itu banyak, karena banyak tempat. Akan tetapi karena dzat Allah itu satu dan tidak mungkin banyak, maka pendapat yang mengatakan bahwa Allah berada di segala tempat adalah batil. Maka tentulah Allah itu di langit, di atas Arsy-Nya, dan dia bersama kita:mengetahui, mendengarm dan melihat kitqa dimanapun kita berada.
Di post oleh Abdurrahman Irfan.
Sumber:
1.       Al qur’anul kariim.
2.       Bimbingan islam untuk peribadi dan masyarakat,karya syaikh Muhammad bin Jamil zainu.
Lihat juga bahaya ilmu filsafat atau manthiq.


0 komentar:

Posting Komentar