Taqwa / takwa dalam bahasa Arab berarti memelihara diri dari siksaan Allah
dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya;
tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa
adalah:
1. Melaksanakan segala perintah Allah
2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara.
"memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah"
Adapun dari asal bahasa arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa
Waqa bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari
berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Itulah maka, ketika seekor
kuda melakukan langkahnya dengan sangat hati-hati, baik karena tidak
adanya tapal kuda, atau karena adanya luka-luka atau adanya rasa sakit
atau tanahnya yang sangat kasar, orang-orang Arab biasa mengatakan Waqal Farso Minul Hafa (Taj).
Dari kata waqa ini taqwa bisa di artikan berusaha memelihara dari
ketentuan allah dan melindungi diri dari dosa/larangan allah. bisa juga
diartikan berhati hati dalam menjalani hidup sesuai petunjuk allah.
Kedudukan Taqwa : Wasiat seluruh Nabi : 4 : 131 Dan sesungguhnya kami
telah memerintahkan orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan kamu
juga, untuk bertaqwa kepada Allah 26 : 10-11 Dan ingatlah ketika
Tuhanmu menyeru Musa, "Datangilah kaum yang Zalim itu", Yaitu kaum
Fir'aun, mengapa mereka tidak bertaqwa ? 26 : 123-124 Kaum Aad telah
mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka, Hud berkata, "Mengapa
kamu tidak bertaqwa?" 26 :141-142 Kaum Tsamud telah mendustakan para
Rasul, ketika saudara mereka, Saleh berkata, " Mangapa kamu tidak
bertaqwa ?" 26 : 160-161 Kaum Luth telah mendustakan para Rasul, ketika
saudara mereka, Luth berkata, " Mengapa kamu tidak bertaqwa?"
26 :176-177 Kaum Aikah telah mendustakan para Rasul, ketika saudara
mereka, Syu'aib berkata, " Mangapa kamu tidak bertaqwa ?" 37 : 123-124
2 : 21, Wahai orang-orang yang beriman, sembahlah Tuhanmu yang
menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa
Taqwa sebaik-baik bekal 49 : 73 Persiapkanlah bekal, sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah taqwa 7 ; 26 Taqwa : keselamatan 27 :53
demikianlah telah kami selamatkan orang yang beriman dan mereka itu
selalu bertaqwa
Yang diterima dari amal : taqwanya Daging-daging dan darah-darah unta
itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi
taqwamulah yang mencapainya Ciri-ciri TAQWA 2 : 2- 5 Itulah kitab yang
tiada keraguan di dalamnya. Petunjuk bagi orang yang bertaqwa, yaitu
orang-orang beriman kepada yang ghaib, dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebagian rizkinya, dan orang-orang yang yang beriman kepada
apa-apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad), dan kepada orang-orang
sebelum kamu dan yaqin kepada hari akhir 2 :177 Bukanlah menghadapkan
wajahmu ke barat dan ke timur itu suatu kebaikan. Melainkan kebaikan itu
ialah barang siapa yang beriman kepada Allah , malaikat, kitab, dan
para Nabi, dan memberikan harta yang dicintai kepada kerbat dekat,
anak-anak yatim, orang miskin, orang yang dalam perjalanan, dan
memerdekakan budak, dan mendirikan shalat, menunaikan zakat , dan
menepati janji apabila berjanji, dan sabar baik dalam kesulitan,
penderitaan dan peperangan, yang demikan itulah yang benar, dan yang
demikian itu lah orang-orang yang bertaqwa 3 : 133-135 dan bersegeralah
kepada ampunan Tuhanmu dan surga seluas langit dan bumi, yang
disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, Yaitu orang-orang
menginfaqkan rizkinya baik dalam kemudahan maupun kesusahan, yang
menahan marahnya, dan memaafkan kepada manusia. Dan Allah menyukai orang
yang berbuat baik Dan orang-orang yang apabila berbuat kekejian atau
zalim kepada diri sendiri, maka ia segera ingat kepada Allah, dan
beristighfar kepada Allah atas dosa-dosanya. Dan siapakah yang lebih
mengampuni dosa selain Allah ? Kemudian dia tidak meneruskan
perbuatannya, meskipun dia mengetahuinya 3 : 15-17 Untuk orang-orang
yang bertaqwa pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan ada istri yang suci serta
keridaan Allah. dan Allah Maha Melihat hamba-hambanya. Yaitu orang yang
berdoa, " ya Tuhan kami, sesunguhnya kami telah beriman, maka ampunilah
kami dan peliharalah kami dari siksaan neraka" Dan orang orang yang
sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan
Allah) dan memohon ampun di waktu sahur 21 :48- 49 Dan sesungguhnya
telah kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan
serta pengajaran bagi orang yang bertaqwa, Yaitu orang yang takut akan
azab Tuhan mereka sedang mereka tidak melihatnya dan mereka takut akan
tibanya hari kiamat 51:15-19 sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa
berada dalam taman-taman dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa
yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka itu
orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu
malam. Dan mereka di akhir-akhir malam mohon ampun kepada Allah Anugerah
bagi Orang Taqwa 8 : 29 Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi kamu furqon (petunjuk
membedakan baik dan buruk), dan menghapus kesalahan-kesalahan kamu dan
menghapus dosa-dosamu 65 : 2-3 Barang siapa bertaqwa kepada Allah,
nisaya Allah memberikan kepada mereka jalan keluar (atas segala
persoalan), dan diberi rizki dari tempat yang tidak terduga 65 :4 Barang
siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya
kemudahan dalam segala urusan 65 :5 Barang siapa bertaqwa kepada Allah,
niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan melipat gandakan pahala
baginya 7 ; 96 Jika seandainya penduduk suatu negeri Iman dan taqwa,
pastilah Kami akan melipatgandakan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi,
Keagungan Taqwa “Barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Dia
akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yg
tiada disangka-sangkanya.” . Para ulama telah menjelaskan apa yang
dimaksud dengan takwa. Imam ar-Raghib al-Ashfahani mendefinisikan “Takwa
yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yg membuatnya berdosa dan itu dgn
meninggalkan apa yg dilarang menjadi sempurna dgn meninggalkan sebagian
yg dihalalkan.” Imam an-Nawawi mendefinisikan takwa dgn “menaati
perintah dan larangan-Nya.” Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan
azab Allah. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam al-Jurjani
“Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yg mengakibatkan siksa baik dgn
melakukan perbuatan atau meninggalkannya.” Karena itu siapa yg tidak
menjaga dirinya dari perbuatan dosa berarti dia bukanlah orang bertakwa.
Maka orang yg melihat dgn kedua matanya apa yg diharamkan Allah atau
mendengarkan dgn kedua telinganya apa yg dimurkai Allah atau mengambil
dgn kedua tangannya apa yg tidak diridhai Allah atau berjalan ke tempat
yg dikutuk oleh Allah berarti tidak menjaga dirinya dari dosa. Jadi
orang yg membangkang perintah Allah serta melakukan apa yg dilarang-Nya
dia bukanlah termasuk orang-orang yg bertakwa. Orang yg menceburkan diri
ke dalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah
maka ia telah mengeluarkan dirinya dari barisan orang-orang yg
bertakwa. Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan “Maknanya
barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah dgn melakukan apa yg
diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yg dilarang-Nya niscaya Allah
akan memberinya jalan keluar serta rezeki dari arah yg tidak
disangka-sangka yakni dari arah yg tidak pernah terlintas dalam
benaknya.” Alangkah agung dan besar buah taqwa itu! Abdullah bin Mas’ud
berkata “Sesungguhnya ayat terbesar dalam hal pemberian janji jalan
keluar adalah “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan jalan keluar baginya.” “Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan itu maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri.” . Dalam ayat yg
mulia ini Allah menjelaskan seandainya penduduk negeri-negeri
merealisasikan dua hal yakni iman dan takwa niscaya Allah akan
melapangkan kebaikan utk mereka dan memudahkan mereka mendapatkannya
dari segala arah. “Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan
Taurat Injil dan yg diturunkan kepada mereka dari Tuhannya niscaya
mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki
mereka. Di antara mereka ada golongan pertengahan. Dan alangkah buruknya
apa yg dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” . Allah mengabarkan tentang
ahli kitab ‘Bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yg ada di dalam
Taurat Injil pada dan Alquran demikian seperti dikatakan oleh Abdullah
bin Abbas dalam menafsirkan ayat tersebut niscaya Allah memperbanyak
rezeki yg diturunkan kepada mereka dari langit dan yg tumbuh utk mereka
dari bumi. Syekh Yahya bin Umar al-Andalusi berkata “Allah menghendaki
wallahu a’lam bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yg diturunkan di
dalam Taurat Injil dan Alquran niscaya mereka memakan dari atas dan dari
bawah kaki mereka. Maknanya wallahu’alam niscaya mereka diberi
kelapangan dan kesempurnaan ni’mat dunia” Dalam menafsirkan ayat ini
Imam al-Qurthubi mengatakan “Dan sejenis dgn ayat ini adl firman Allah
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yg tidak
disangka-sangkanya.” . “Dan bahwasanya jika mereka tetap berjalan di
atas jalan itu benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yg
segar .” . “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai
keberkahan dari langit dan bumi.” . Sebagaimana disebutkan dalam
ayat-ayat di atas Allah menjadikan ketakwaan di antara sebab-sebab
rezeki dan menjanjikan utk menambahnya bagi orang yg bersyukur. Allah
berfirman “Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan ni’mat-Ku
atasmu.” . Oleh krn itu tiap orang yg menginginkan keluasan rezeki dan
kemakmuran hidup hendaknya ia menjaga dirinya dari segala dosa.
Hendaknya ia menaati perintah-perintah Allah dan menjauhi
larangan-larangan-Nya. Juga hendaknya ia menjaga diri dari yg
menyebabkan berhak mendapat siksa seperti melakukan kemungkaran atau
meninggalkan kebaikan. Sumber Diadaptasi dari Kunci-Kunci Rizki Menurut
Al-Qur’an & As-Sunnah Dr.Fadhl Ilahi Al-Islam - Pusat Informasi dan
Komunikasi Islam Indonesia
Taqwa : Mutiara Penuh Pesona Surat Ali’Imran Ayat 133: Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu (Allah SWT) dan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang
taqwa (muttaqin).
Allah SWT menguraikan tanda-tanda orang yang taqwa, dalam Surat Ali’Imran Ayat 134:
(yaitu) Orang-orang yang berinfaq (karena Allah SWT), baik diwaktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mereka
yang pemaaf terhadap (kesalahan) manusia. Dan Allah mencintai
orang-orang yang berbuat kebajikan.
Marilah terlebih dahulu kita coba memahami apakah itu Taqwa. Taqwa memiliki tiga tingkatan.
Pertama : Ketika seseorang melepaskan diri dari kekafiran dan
mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah, dia disebut orang yang taqwa.
Didalam pengertian ini semua orang beriman tergolong taqwa meskipun
mereka masih terlibat beberapa dosa.
Kedua : Jika seseorang menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah
SWT dan RasulNya (SAW), ia memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi.
Ketiga : orang yang setiap saat selalu berupaya menggapai cinta Allah SWT, ia memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi lagi.
Allah SWT menjelaskan dalam Surat Ali’Imran Ayat 102: Wahai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar
taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim
(beragama Islam)
Allah SWT telah menjabarkan berbagai ciri-ciri orang yang benar-benar
taqwa. Mereka menafkahkan rizkinya di jalan Allah SWT dalam keadaan
lapang maupun sempit. Menafkahkan rizki di jalan Allah SWT adalah
jalan-hidup mereka. Allah SWT (atas kehendakNya) menjauhkan mereka dari
kesulitan (bala’) kehidupan lantaran kebajikan yang mereka perbuat ini.
Lebih dari itu, seseorang yang suka menolong orang lain tidak akan
mengambil atau memakan harta orang lain, malahan ia lebih suka berbuat
kebaikan bagi sesamanya. ‘Aisyah RA sekali waktu pernah menginfaqkan
sebutir anggur karena pada waktu itu ia tidak memiliki apa-apa lagi.
Beberapa muhsinin (orang yang selalu berbuat baik) menginfaqkan sebutir
bawang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Selamatkanlah dirimu dari api nereka dengan berinfaq, meskipun hanya dengan sebutir kurma. (Bukhari & Muslim)
Didalam “Tafsir Kabir” Imam Razi diceritakan bahwa suatu kali Nabi
Muhammad SAW mengajak umatnya untuk berinfaq. Beberapa dari mereka
memberikan emas dan perak. Seseorang datang hanya menyerahkan kulit
kurma, “Saya tak memiliki selain ini.” Seorang lain lagi mengatakan
kepada Nabi Muhammad SAW, “Saya tak punya apapun untuk diinfaqkan. Saya
infaqkan harga-diri saya. Jika ada seseorang menganiaya atau
mencaci-maki saya, saya tidak akan marah.” Demikianlah, kita dapat
mengambil pelajaran bahkan orang miskin pun terbiasa memberikan apapun
yang dia miliki untuk menolong orang lain di masa hidup Rasulullah SAW.
Ayat diatas tidak menjelaskan apa yang harus diinfaqkan. Berinfaq
tidak hanya berarti sebagian dari hartanya tetapi juga waktu dan
keahlian. Ada kebijaksanaan yang besar dalam penjabaran mengenai mukmin
yang shaleh yang berinfaq dikala lapang maupun sempit. Kebanyakan orang
melupakan Allah SWT ketika berada dalam keadaan sangat lapang. Mereka
juga lupa kepada Allah SWT dikala sempit karena terlalu larut dalam
kesedihan menanggung kesempitannya.
Awal surat Al Baqarah memberikan petunjuk bagi kita tentang ciri-ciri
orang yang bertaqwa. Salah satu diantaranya adalah mereka yang
menafkahkan Rizqi yang dianugrahkan kepadanya di jalan Alloh. "Alif Laam
Miim.Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka," (QS Al Baqarah 2:1-3)
Sedangkan ganjaran pahala bagi orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Alloh akan dilipat gandakan sebagaimana disebutkan pada ayat
berikut. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS Al Baqarah 2:261)
Lalu bagaimana cara menafkah harta sesuai tuntunan Alloh dan
Rasul-Nya ? Secara global Al Qur'an menerangkan sebagai berikut. "Mereka
bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta
yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya
Allah Maha Mengetahuinya." (QS Al Baqarah 2:215)
Secara lebih detil Rasululloh SAW Sang Uswatun Hasanah memberikan
petunjuk sebagai berikut. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw.
menceritakan seorang petani yang diberkahi usaha dan hartanya, dan
beliau bersabda; “……., maka sesungguhnya aku memperhitungkan hasil yang
didapat dari kebun ini, lalu aku (1) bersedekah dengan 1/3
(sepertiganya), dan aku (2) makan beserta keluargaku (biaya konsumsi)
1/3 (sepertiganya) lagi, kemudian aku (3) kembalikan (untuk menanam
lagi) 1/3 (sepertiganya).” hadis No. 2984 Kitab Sahih Imam Muslim;
Zuhud & Kelembutan Hati, Bab Sedekah terhadap orang-orang miskin,
yang dimasukkan sebagai hadis ke 19 dalam kitab Riyadus Shalihin Bab 60
tentang Kedermawanan oleh Imam Nawawi.
Nabi Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bersedekahlah
kamu! Seorang laki-laki bertanya : Saya punya satu dinar. Nabi
bersabda: Sedeqahkanlah itu untuk dirimu sendiri. Laki-laki itu berkata:
Saya punya satu dinar lagi, Nabi bersabda: Sedeqahkanlah untuk istrimu.
Padaku masih ada satu dinar lagi: Nabi bersabda: Sedeqahkanlah untuk
anak-anakmu. Padaku masih ada satu dinar lagi: Nabi bersabda:
Sedeqahkanlah untuk pembantumu. Padaku masih ada satu dinar lagi, Nabi
bersabda: Kamu mengetahui dengannya ” [HR Abu Dawud, Nasa'i dan Imam
Hakim menshahihkannya. Lihat: Fiqhus Sunnah Sayyid Sabiq bab Shadaqah
Tathawu']
Dari keterangan-keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam menafkahkan rizqi berupa harta kita hendaknya mengikuti proporsi
yang telah disampaikan oleh Rasululloh yaitu. - 1/3 bagian untuk modal
kerja. - 1/3 bagian untuk nafkah konsumsi pribadi/keluarga. Pos ini
termasuk didalamnya ada komponen orang tua, kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. - 1/3
bagian untuk sedeqah. Pos ini secara lebih detil bisa dibagi lagi
menjadi. - 1/5 untuk diri sendiri - 1/5 untuk istri - 1/5 untuk
anak-anak - 1/5 untuk orang-orang yang membantu kita - 1/5 untuk
lain-lain
Petunjuk proporsi cara menafkahkan rizqi tersebut, kalau kita lihat
ternyata tidak hanya berlaku bagi rizqi berupa harta saja, namun bisa
rizqi berupa apa saja, misal umur, waktu, ilmu, kasih sayang dan
sebagainya. Sebagai ilustrasi saja, bisa benar bisa salah, wa Allohu
'alam.. Rizqi Umur. Umur Rasululloh adalah 63 tahun, kalau kita lihat
berdasarkan proporsi di atas, terlihat periode 1/3 bagian (1-20 tahun)
bisa dikatakan sebagai perode pengumpulan modal, 1/3 bagian (20-40) bisa
dikatakan sebagai periode konsumsi keluarga, 1/3 bagian (40-63) sebagai
periode sedeqah. Bagaimanakah dengan umur kita? Rizqi Waktu. Waktu kita
dalam sehari 24 jam, kalau dibagi berdasarkan proporsi di atas, 1/3
bagian (8 jam) untuk modal kerja, 8 jam untuk konsumsi keluarga, dan 8
jam untuk sedeqah untuk pemberdayaan. Rizqi Ilmu, Di dalamnya ada 1/3
bagian ilmu untuk modal menambah ilmu lagi, 1/3 bagian ilmu untuk
dimanfaatkan bagi kebaikan diri, 1/3 bagian ilmu untuk disedeqahkan
dengan dakwah Rizqi kasih sayang, 1/3 bagian untuk meningkatkan kasih
sayang Alloh kepada kita, 1/3 bagian untuk dinikmati dan disyukuri, 1/3
bagian untuk disedeqahkan dengan silaturahim.
Bahkan dalam bisnis, misal perdagangan juga mengikuti proporsi ini,
dalam komponen harga suatu barang akan meliputi 1/3 bagian adalah ongkos
produksi (modal), 1/3 bagian adalah keuntungan produsen (konsumsi), 1/3
bagian adalah keuntungan distributor (sedeqah).
Subhanalloh, sungguh Alloh benar-benar telah memberikan tuntunan yang
demikian sempurna bagi kita untuk dapat mengemban amanah khalifah fil
ard. Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap rizqi yang kita terima dari
Alloh, pasti ada dimensi hak-hak orang lain di dalamnya. Mudah-mudahan
kita dapat mengemban seluruh amanah Rizqi dalam bentuk apapun yang
dititipkan kepada kita ini dengan baik, sehingga tidak ada satupun
hak-hak orang lain yang tidak terpenuhi karena kelalaian kita. Karena
bagaimanapun itu akan menjadi hutang kita, yang pasti akan ditagih di
akhirat kelak.
Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kalian
tahu siapa orang yang mengalami kebangkrutan (muflis) itu?” Para sahabat
yang ditanya menjawab, “Orang yang bangkrut itu adalah yang tidak
memiliki uang dan kekayaan”. Rasulullah menanggapi, “Seorang yang muflis
dari umatku ialah yang mempunyai simpanan pahala shalat, puasa, dan
zakat namun ia telah menghina seseorang, memberi tuduhan kepada orang
lain, mengambil harta bukan miliknya pernah membunuh, dan memukul si ini
dan itu. Ia akan disidangkan di hadapan peradilan Allah, dan diberi
hukuman sepadan dengan kesalahannya, yang mengurangi
kebiujakan-kebijakannya. Apabila kebajikan-kebajikannya dikurangi sampai
habis sebelum dapat menutup dan melunasi kesalahan-kesalahan yang ia
lakukan, kesalahan-kesalahan orang lain ditimpakan kepadanya, sehingga
ia dimasukan ke neraka”. Tirmidzi berkata, “Hadits ini termasuk hasan
sahih”.
Dari beliau juga diriwayatkan bahwa Rasulullah telah bersabda, “Allah
memberikan rahmat-Nya kepada seseorang, yang dulu dianiaya
kehormatannya dan hartanya diambil secara tidak sah oleh orang lain.
Orang yang menganiaya dirinya datang kepadanya untuk minta maaf sebelum
diambil --yakni bukan uang atau kekayaan, melainkan pahala
kebajikan-kebajikannya darinya kepada si teraniaya. Jika
kebaikan-kebaikan yang ada padanya telah habis, dosa-dosa si teraniaya
itu ditimpakan kepadanya”. Tirmidzi berkata, “Riwayat ini termasuk
hadits hasan sahih”.
Dari Abu Hurairah juga, bahwa Rasulullah SAW memperingatkan, “Pada
hari kiamat, hak-hak seseorang pasti akan ditunaikan, sampai-sampai
peradilan domba yang tidak bertanduk yang mendapat yang mendapat
kesusahan dari domba yang bertanduk. Tirmidzi berkata, “Ini adalah
hadits-hadits Hasan Sahih. (Lihat: Jami’al-Tirmidzi, juz vii, halaman 98
hadits no: 1049 (Tuhfat al-Ahwa))
Inilah yang menyebabkan para sahabat ketakutan dan menangis waktu
ditunjuk menjadi pemimpin/amir, karena terbayang betapa besarnya
tanggung jawabnya, terbayang betapa banyaknya orang-orang yang berhak
atas dirinya. Seandainya dia tidak bisa menunaikan hak-hak orang-orang
tersebut, betapa besar hutang yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan
Alloh kelak.
Allah SWT menyatakan bahwa tanda ketaqwaan mukmin yang ke-dua ialah
mereka dapat mengendalikan amarah. Tanda ke-tiga, selain mengendalikan
amarah mereka juga memaafkan kesalahan orang lain dengan sepenuh hati.
Terakhir (ke-empat), yang tidak kalah pentingnya, mereka bersikap baik
terhadap sesama manusia.
Memaafkan orang lain akan mendapatkan pahala yang besar di Hari
Pembalasan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Allah SWT akan memberikan
pengumuman di Hari Pembalasan, barang siapa yang memiliki hak atas Allah
SWT agar berdiri sekarang. Pada saat itu berdirilah orang-orang yang
memaafkan orang-orang kejam yang menganiaya mereka.
Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Barang siapa berharap mendapatkan
istana yang megah di surga dan berada di tingkatan yang tinggi dari
surga, hendaknya mereka mengerjakan hal berikut ini: 1.Memaafkan
orang-orang yang berbuat aniaya kepada mereka. 2.Memberi hadiah kepada
orang yang tidak pernah memberi hadiah kepada mereka. 3.Jangan
menghindari pertemuan dengan orang-orang yang dengan sengaja memutuskan
hubungan dengan mereka.
Dalam kesempatan ini kita saling mengingatkan agar sesama Muslim
hendaknya saling memberi hadiah sesering mungkin sesuka mereka. Hal ini
hendaklah menjadi kebiasaan, dan janganlah membatasi di hari-hari
spesial sebagaimana yang dilakukan orang-orang yang tidak beriman pada
perayaan tertentu atau moment tertentu.
Allah SWT memberi petunjuk dengan sangat indah bagaimana hendaknya
kita berperilaku terhadap musuh-musuh kita yang paling jahat dalam Surat
Fushshilat : 34
Tidaklah sama perbuatan baik dengan perbuatan jahat. Jika kamu
membalas perbuatan jahat dengan kebaikan, maka musuh-musuhmu yang paling
keras akan menjadi teman karib dan sejawatmu.
Teladan mulia yang dapat kita ambil dari ulama besar, dimana ada
seseorang berbuat kasar dan mencaci-maki Imam Abu Hanifah. Beliau tidak
membalas dengan sepatah-katapun padanya. Ia pulang ke rumah dan
mengumpulkan beberapa hadiah, lalu pergi mengunjungi orang tersebut.
Beliau memberikan hadiah-hadiah itu kepadanya dan berterimakasih atas
perlakuan orang itu kepadanya seraya berkata: “Kamu telah berbuat
untukku hal yang sangat aku sukai, yaitu memindahkan catatan perbuatan
baikmu menjadi catatan perbuatan baikku dengan cara berlaku kasar
seperti tadi kepadaku.”
Lebih lanjut Allah SWT berfirman didalam Surat Ali’Imran Ayat 135 dan
136, menambahkan tanda-tanda ketaqwaan orang-orang beriman.
Ketika mereka (orang-orang beriman) itu terlanjur berbuat maksiat,
jahat dan aniaya, mereka ingat kepada Allah dan memohon ampun atas
dosa-dosa mereka, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali
Allah. Dan mereka tidak tetap berbuat aniaya ketika mereka mengetahui.
Untuk mereka balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka, dan surga yang
mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal didalamnya. Itulah
sebaik-baik pahala atas amal-perbuatan mereka.
Perhatikanlah bahwa dalam ayat ini ampunan Allah SWT mendahului
balasan masuk surga. Maka, dari ayat ini jelaslah bahwa untuk masuk
surga haruslah melalui ampunan dan rahmat atau kasih-sayang Allah SWT
dan bukan tergantung pada amal-perbuatan kita saja.
Perlu juga kita garis-bawahi, Allah SWT berfirman bahwa bobot surga
itu jauh lebih berharga dari gabungan bumi dan seluruh langit. Hal ini
bisa memberikan pengertian lain dari ayat ini. Jika lebar surga sama
dengan lebar langit dan bumi, bagaimanakah dengan panjangnya, sedangkan
ukuran panjang selalu lebih besar daripada lebar. Singkat kata, ayat ini
memberikan pernyataan bahwa surga itu telah dipersiapkan bagi
orang-orang beriman yang telah mencapai tingkat taqwa.
Menurut beberapa ulama muslim yang termasyhur, surga itu berada di
atas langit ke-tujuh dan jiwa para syuhada telah menikmati surga sebagai
hasil dari perjuangan mereka.
Jumat, 07 Maret 2014
TAQWA
16.13
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar